MotoGP Mania – Dia hadir diantara kebencian dan kekaguman orang. Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos sering menimbulkan kontoversi. Gaya balapnya yang agresif menuai pujian sekaligus kritik. Tapi tak ada yang menyangkal kalau dia adalah salah satu pembalap yang punya talenta luar biasa. Dia adalah Marco Simoncelli.

Pada tahun 2003 ia menjalani musim penuh pertama balap Grand Prix bersama tim Matteoni Racing, mencetak poin dalam enam balapan dan memperoleh hasil terbaik finish keempat pada seri terakhir di Valencia.
Musim berikutnya ia bergabung dengan tim World Wide Race dan memperoleh beberapa hasil penting, mencetak dua kali pole position dan meraih kemenangan saat race dalam kondisi basah di Jerez. Namun, serangkaian kecelakaan dan nasib buruk meninggalkannya di luar sepuluh besar dalam kelasemen akhir.
Simoncelli tetap bertahan dengan tim yang sama pada tahun 2005. Ia berhasil meningkatkan konsistensi sehingga berhasil menempati urutan kelima di kelasemen akhir dengan meraih total enam podium diantaranya satu kemenangan. Peningkatan performa ini membuatnya mendapat kesempatan pindah ke kelas 250cc dengan Squadra Corse Metis Gilera pada tahun 2006. Sic menyelesaikan musim pertamanya di kelas seperempat liter pada posisi kesepuluh di akhir musim – hasil yang kemudian dia ulang lagi pada tahun 2007.
Tahun 2008 menjadi puncak kejayaan Marco di kelas 250cc. Meski mengawali musim tidak dengan motor pabrikan, ia mampu menunjukkan performa yang menakjubkan. Baru setelah 9 seri berlalu ia mendapat jatah motor pabrikan Gilera 250 RSA. Dengan motor baru, Simoncelli terbukti tak terbendung. Ia pun sukses memastikan diri sebagai juara dunia kelas 250cc pada seri Malaysia.
Namun seiring dengan prestasinya itu, kontroversi pun ikut menyertai langkah seorang Super Sic. Saat GP Italia misalnya, Sic diduga sengaja memiringkan motornya ke kiri saat melintasi garis start/finish. Tujuannya, untuk menghalangi Hector Barbera yang hendak menyalip. Akibatnya Barbera menabrak bagian belakang motor Simoncelli yang kemudian sukses memenangkan seri Mugello itu. Ini adalah kemenangan pertamanya di kelas 250cc. Meski kemenangannya tetap dinyatakan sah, Race Direction sempat memberikan teguran secara lisan kepada Simoncelli.
Cerita kontroversial lain terjadi saat perayaaan title di sirkuit Sepang, Malaysia. Dengan mengenakan kaos putih, Sic melakukan selebrasi mengelilingi sirkuit. Masalahnya, ia melakukan itu tanpa memakai atau membawa helm-nya. Hasilnya, denda pun harus di bayar oleh Super Sic.

Tahun 2010 Marco naik ke kelas MotoGP, bergabung dengan tim San Carlo Honda Gresini, berdampingan dengan rekan senegaranya yang kebetulan memiliki nama depan yang sama, Marco Melandri. Debut kelas puncaknya tak berlangsung mulus, Sic harus berjuang menaklukkan Honda RC212V yang dinilainya kurang cocok dengan postur tubuhnya yang tinggi besar. Maklum, motor itu dikembangkan dengan Dani Pedrosa yang bertubuh kecil mungil sebagai acuannya.
Untuk menghadapi musim 2011 dimana Super Sic kembali membela tim Gresini dengan dukungan penuh dari pabrikan, Honda memberinya paket aerodinamika khusus. dengan keistimewaaan itu ditambah performa RC212V yang meningkat drastis, Simoncelli sudah menunjukkan tanda-tanda ancaman sejak sesi latihan resmi pra-musim. Ia sempat mencetak waktu tercepat saat sesi test berlangsung di sirkuit Sepang.
Dan sepanjang musim 2011, Marco Simoncelli benar-benar menjadi rider paling kontroversial. Mulai dari protes Andrea Dovizioso pasca GP Qatar yang menilai cara balapnya sudah keterlaluan, debat terbuka dengan Jorge Lorenzo saat konferensi pers usai sesi kualifikasi GP Portugal, manuvernya di seri Le Mans yang membuat Pedrosaout dan menderita cedera hingga ia harus absen selama tiga seri, lalu ancaman pembunuhan dari publik Spanyol di Catalunya yang mebuatnya harus dikawal polisi, insiden bersama Lorenzo di Assen, penolakan jabat tangannyaoleh Dani di Mugello, proposal peninjauan penetapan bobot total minimum rider dan motor serta segala komentar-komentarnya yang menjadi santapan empuk media di seluruh dunia.
Hingga akhirnya ajal menjemputnya saat MotoGP Malaysia (23 Oktober 2011) tetap menyisakan kontroversi. Helm-nya yang terlepas dari kepala saat kejadian, lalu adanya tudingan penanganan tim medis Sepang yang kurang sigap masih menjadi perdebatan saat ini.
Namun bagaimanapun, Super Sic telah tiada. Ia telah pergi. Ia pergi sebelum hasratnaya untuk memotong rambut kribonya jika berhasil mememangkan race MotoGP terwujud. Ia pergi meningalkan harapan akan lehirnya superstar baru di arena MotoGP. Ia pergi meninggalakan para rival sekaligus temannya. Ia pergi meninggalakan kita semua. Untuk Selamanya…
0 komentar:
Posting Komentar